Cerpen-remaja "Saat Terakhir"

Saat Terakhir

Nama aku Ana, aku anak seorang petani.  Aku duduk di kelas IX SMP N 02 Dukuhturi.  Aku mempunyai teman akrab yang bernama Ocha,  kami sudah menganggap seperti keluarga sendiri.  Dan tidak terasa sudah tiga tahun aku sekolah di sini dengan penuh semangat dan belajar giat untuk menggapai cita-citaku.  Tetapi aku bingung harus melanjutkan sekolah lagi apa tidak, karena kedua orang tuaku hanya bekerja sebagai petani, keadaan ekonomi kami pas-pasan hanya cukup untuk makan sehari-hari.

Suatu hari di sekolah aku duduk sendirian sambil melamun.  Ocha menghampiriku dan berkata kepadaku.
“Na, kamu kenapa?”
“Taka pa-apa ko cha” jawab aku sambil meneteskan air mata.
“Bener, tapi kenapa kamu menangis, cerita donk Na?” pinta Ocha  sambil mengusap air mataku.
“Aku lagi sedih dan bingung cha”
“Kenapa?’
“Aku sedih karena orang tuaku belum tentu bisa membiayai aku untuk melanjutkan sekolah lagi” jawabku.
“Oh, ya sudah jangan sedih lagi, kalau kamu memang ditakdirkan untuk melanjutkan sekolah lagi”  Pesan Ocha kepadaku.
“Ya. Makasih ya cha, kamu sudah nenangin aku.”
“Ya, sama-sama.” Jawab Ocha.

Sebenarnya hati aku masih sedih, tetapi mendengar nasihat Ocha, aku pun sadar kalau aku memang ditakdirkan untuk melanjutkan sekolah lagi, pasti nanti ada rezeki yang datang agar aku bisa melanjutkan sekolah lagi.

Dan tak terasa waktu ujian tinggal tiga bulan lagi. Inilah saat-saat terakhir aku belajar di sekolah ini.  Aku berharap aku bisa lulus dan mendapat nilai yang baik begitu juga dengan teman-temanku yang lain.  Di rumah pun aku tidak lupa untuk belajar dan membantu orang tua, dan untuk menghilangkan rasa kepenatanku, aku SMS-an dengan teman-teman dan pacarku.  Saat kami sedang asyik SMS-an, tiba-tiba Hadi SMS-an kepada aku.
“Na, aku sedih banget nich”
“Sedih kenapa” jawabku
“Soalnya kita akan berpisah dan tiga bulan lagi kita akan menghadapi ujian”
“Ouw itu, aku juga sedih, tapi mau gimana lagi”
“Ya aku tahu Na? tapi aku nggak bisa kalau harus berpisah dengan kamu”
“Aku juga sedih kalau harus berpisah dengan kamu.” Aku membalas dengan meneteskan air mata.
“Ya terus kamu nanti mau melanjutkan kemana?”
“Aku tidak tahu, aku tergantung nanti kamu sekolah dimana. Nanti aku juga ikut sekolah di situ, agar aku bisa dekat dengan kamu terus”.
“Kok gitu sih”, Jangan kaya gitu oh Aku tidak tahu nanti mau melanjutkan sekolah lagi apa tidak.”
“Di situ hati aku sedih banget aku tidak tahu mau melanjutkan sekolah lagi atau tidak dan aku harus berpisah dengan orang yang aku sayangi”.

Tak pernah kusangka, pada malam minggu Hadi datang ke rumahku dan kami pun mengobrol berdua dengan asyik.
“Ana” Hadi memanggilku.
“Iya ada apa Hadi?” jawabku
“Aku sayang banget sama kamu dan aku juga tidak mau kehilangan kamu” ucap hadi dengan menatap dalam mataku.  Aku juga sayang sama kamu dan aku juga nggak mau kehilangan kamu, jawabku sambil meneteskan air mata.
“Sudah Na jangan menangis” ucap Hadi sambil menghapus air mata di pipiku.
“Ea, sudah aku pulang dulu ca, sudah malam nich”. Pamit Hadi kepadaku.
“Ya dah hati-hati ea di jalan” kata aku sambil mengantar ke depan rumah.
“Ea, Na.

Sesampai di rumah hadi SMS-an kepada aku. “Na, aku mohon kamu jangan lupain aku ea walaupun ini saat terakhir kita, karena kamu sangat berarti buat hidup aku” SMS dia kepadaku.
“Ya, aku nggak akan ngelupain kamu” jawabku.
Aku dan Hadi berjanji tidak akan melupakan satu sama lain apapun yang akan terjadi nanti walaupun kita akan berpisah.

Pengarang :
Siti Maryam-2010
SMP N 02 Dukuhturi